Anak anda termasuk anak yang tergolong hiperaktif? Anda jangan coba-coba memberi pewarna makanan pada makanan kesukaanya. Karena pewarna makanan mempunyai pengaruh buruk terhadap anak-anak hiperaktif, dapat menyebabkan si anak yang sulit berkonsentrasi. Celakanya, manusia modern saat ini mengkonsumsi pangan yang diwarnai dua kali lipat dibanding 50 tahun lalu.
Pewarna digunakan pada hampir seluruh makanan olahan yang dikonsumsi anak-anak, dari mulai permen, sereal, hingga minuman ringan. Sebaiknya kita kenali dulu apa pewarna makanan itu,
Pewarna makanan
merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning.
Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi.
Jenis yang lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal, di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil).
Khusus untuk anak-anak hiperaktif, ada sebuah penelitian di Inggris mengamati perilaku anak berusia 3, 8, dan 9 tahun. Hasilnya memperlihatkan, zat aditif pada makanan meningkatkan perilaku hiperaktif.
Penelitian lain menganalisa beberapa jenis pewarna makanan yang memberikan kontribusi perilaku hiperaktif pada anak-anak yang sensitif.
Hasil penelitian itu digunakan Britain Food Standard Agency merekomendasikan pelarangan enam jenis pewarna makanan. Sementara itu Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum di Uni Eropa merekomendasikan pelarangan delapan jenis pewarna makanan, yakni Yellow 5, Red 40, Blue 1, Blue 2, Green 3, Orange B, Red 3, dan Yellow 6.
Keputusan terakhir tentu saja berada di tangan orangtua sebagai konsumen yang menyediakan makanan untuk anak-anaknya.
Menurut pakar psikologi anak-anak dari Columbia University, orangtua pun harus tegas dalam memilih obat. Karena sebagian besar menggunakan zat pewarna yang sensitif, memicu munculnya perangai hiperaktif.
Berbagai sumber
Foto : farm2.static.flickr.com
Posting Komentar